Rabu, 13 April 2016

Tugas Bahasa Indonesia 2 Resensi Novel



BAB I

Judul          : Pulang

Penulis        : Tere Liye

Penerbit       : Republika Penerbit

Kota terbit    : Jakarta

Cetakan VII   : November 2015

BAB II

“Aku tidak takut. Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, jijik, dan kemarahan, aku hanya memiliki empat emosi. Aku tidak punya rasa takut.” Begitu Tere Liye membuka cerita dengan amat elegan.

“Berjanjilah kau akan menjaga perutmu (dari makanan dan minuman haram dan kotor) itu, Bujang. Agar…. Agar besok luka, jika hitam seluruh hidupmu, hitam seluruh hatimu, kau tetap punya satu titik yang putih, dan semoga itu berguna. Memanggilmu pulang.” (Halaman 24)

“Shadow economy adalah ekonomi yang berjalan di ruang hitam, di bawah meja. Oleh karena itu orang juga menyebutnya black market, underground economy. Kita tidak sedang bicara tentang perdagangan obat-obatan, narkoba, atau prostitusi, judi dan sebagainya. Itu adalah masa lalu shadow economy, ketika mereka menjadi kecoa hitam dan menjijikan dalam sistem ekonomi dunia. Hari ini, kita bicara tentang pencucian uang, perdagangan senjata, transportasi, properti, minyak bumi, valas, pasar modal, retail, teknologi mutakhir, hingga penemuan dunia medis yang tidak ternilai, yang semuanya dikendalikan oleh institusi ekonomi pasar gelap. Kami tidak dikenal oleh masyarakat, tidak terdaftar di pemerintah, dan jelas tak diliput media massa….. Kami berdiri di balik bayangan. Menatap sandiwara kehidupan orang-orang. (Halaman 30)

BAB III

 Tema yang dihadirkan mengandung unsur kebaruan. Masalah ekonomi dihubungkan dengan dunia tukang pukul. Lebih jauh lagi dikaitkan dengan unsur relijius serta perjuangan dan nilai kepahlawanan. Pertautan yang tampak “mustahil” itu diracik sedemikian rupa oleh penulis menjadi racikan yang apik, sudut pandang yang ciamik. Penulis lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini mengungkapkan hal yang seolah maya (shadow economy) dengan amat gamblang dan terperinci. Tentu perlu riset yang amat dalam untuk menguak tabir itu.

         Meski harus diakui genre ini (ekonomi berbalut action), mengingatkan kita pada novel Tere Liye sebelumnya, Negeri Para Bedebah  dan Negeri di Ujung Tanduk.  Namun jelas Pulang hadir dengan suasana baru. Unsur lokalitas, dalam hal ini pedalaman Sumatra, dan unsur relijius menjadi pembeda yang nyata dengan dua novel sebelumnya itu.


Menurut hemat peresensi, inilah kekuatan utama Tere Liye: sederhana dan apa adanya. Ia tak suka merumit-rumitkan sesuatu. Pilihan katanya secara umum mudah dicerna (walau ada beberapa yang perlu membuka kamus atau googling untuk tahu artinya). Namun secara keseluruhan sangat bisa dimengerti. Bahkan yang spesial adalah kemampuan Tere Liye menjabarkan sesuatu yang njlimet (ilmu ekonomi-red) secara gamblang dan jelas. Kemampuan menyederhanakan istilah inilah daya pikat utama seorang Tere Liye sehingga ia bisa diterima banyak kalangan.

 Plot yang dihadirkan membuat pembaca penasaran untuk terus membaca kelajutan cerita. Berikut adalah contohnya.

          “Aku bersiap melakukan pertarungan hebat yang akan dikenang.” (Halaman 20). Kalimat seperti itu membuat pembaca penasaran, pertarungan hebat apa sih? Rasa penasaran tersebut menstimulus pembaca untuk terus membaca hingga tuntas, tanpa bosan.

         Selain itu alur maju mundur menambah rasa ingin tahu pembaca, baik masa lalu sang tokoh maupun cerita apa yang akan terjadi berikutnya.

        Kejutan-kejutan mengasyikan juga mewarnai novel ini. Sesuatu yang tak terbenak kemudian hadir menghentak. Contohnya adalah kejutan di bab “Tim Terbaik” dengan hadirnya White dan si kembar Yuki dan Kiko yang ternyata  punya kelindan dan hubungan dengan kehidupan Bujang sebelumnya. Dan tentu saja yang paling nendang adalah bagian pengkhianatan itu.

ah-sah saja sebenarnya bagi seorang penulis untuk menarasikan (dengan penyesuaian) beberapa cuplikan film. Hal seperti itu namanya influence (keterpengaruhan). Hal tersebut wajar. Karena di dunia ini, sejatinya, tidak ada yang benar-benar orisinal. Tentu ada unsur keterpengaruhan dari apa yang telah ada sebelumnya. Hanya saja memang, bagi sebagian orang, termasuk peresensi, beberapa adegan dalam novel ini mengingatkan pada beberapa cuplikan film action. Ingatan yang sedikit merusak kedalaman fantasi-imajinasi. Namun kekurangan itu tertutupi dengan banyaknya kejutan dan adegan hebat lain yang masih orisinal.

BAB IV

Simpulan

           Novel ini direkomedasikan bagi siapa pun yang ingin memahami makna pulang yang sesungguhnya.  Tak sekadar pulang dalam artian kembali ke rumah dan kampung halaman. Namun mengandung  makna pulang yang dalam. Pulang menuju hakikat kehidupan. Pulang ke arah kesejatian. Pulang, kembali padaNya. Pulang dengan segenap kerinduan dalam damai.

Selamat membaca!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar