Rabu, 20 April 2016

Kata Asing Yang Di Serap Ke Dalam Bahasa Indonesia


  • Application = Aplikasi
  • Actor = Aktor
  • Aquarium = Akuarium
  • Allergy = Alergi 
  • Account = Akun
  • Aerobic = Aerobik
  • Ballpoint = Bolpen
  • Bomb = Bom
  • Bus = Bis
  • Boss = Bos
  • Balloon = Balon
  • Business = Bisnis
  • Book = Buku
  • Calculator = Kalkulator
  • Cartoon = kartun
  • Cellular = Seluler
  • Coin = Koin
  • Coffee = Kopi
  • Community = Komunitas
  • Copy = Salin
  • Conglomerate = Konglomerat
  • Conducive = Kondusif
  • Detail = detail 
  • Data = Data 
  • Design = Desain
  • Discount = Diskon
  • Director = Direktur
  • Dimension = Dimensi
  • Edition = Edisi
  • Ecology = Ekologi
  • Embryo = Embrio
  • Erosion = Erosi
  • Export = Ekspor
  • Essay = Esai
  • Enzyme = Enzim


Rabu, 13 April 2016

Tugas Bahasa Indonesia 2 Resensi Novel



BAB I

Judul          : Pulang

Penulis        : Tere Liye

Penerbit       : Republika Penerbit

Kota terbit    : Jakarta

Cetakan VII   : November 2015

BAB II

“Aku tidak takut. Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, jijik, dan kemarahan, aku hanya memiliki empat emosi. Aku tidak punya rasa takut.” Begitu Tere Liye membuka cerita dengan amat elegan.

“Berjanjilah kau akan menjaga perutmu (dari makanan dan minuman haram dan kotor) itu, Bujang. Agar…. Agar besok luka, jika hitam seluruh hidupmu, hitam seluruh hatimu, kau tetap punya satu titik yang putih, dan semoga itu berguna. Memanggilmu pulang.” (Halaman 24)

“Shadow economy adalah ekonomi yang berjalan di ruang hitam, di bawah meja. Oleh karena itu orang juga menyebutnya black market, underground economy. Kita tidak sedang bicara tentang perdagangan obat-obatan, narkoba, atau prostitusi, judi dan sebagainya. Itu adalah masa lalu shadow economy, ketika mereka menjadi kecoa hitam dan menjijikan dalam sistem ekonomi dunia. Hari ini, kita bicara tentang pencucian uang, perdagangan senjata, transportasi, properti, minyak bumi, valas, pasar modal, retail, teknologi mutakhir, hingga penemuan dunia medis yang tidak ternilai, yang semuanya dikendalikan oleh institusi ekonomi pasar gelap. Kami tidak dikenal oleh masyarakat, tidak terdaftar di pemerintah, dan jelas tak diliput media massa….. Kami berdiri di balik bayangan. Menatap sandiwara kehidupan orang-orang. (Halaman 30)

BAB III

 Tema yang dihadirkan mengandung unsur kebaruan. Masalah ekonomi dihubungkan dengan dunia tukang pukul. Lebih jauh lagi dikaitkan dengan unsur relijius serta perjuangan dan nilai kepahlawanan. Pertautan yang tampak “mustahil” itu diracik sedemikian rupa oleh penulis menjadi racikan yang apik, sudut pandang yang ciamik. Penulis lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini mengungkapkan hal yang seolah maya (shadow economy) dengan amat gamblang dan terperinci. Tentu perlu riset yang amat dalam untuk menguak tabir itu.

         Meski harus diakui genre ini (ekonomi berbalut action), mengingatkan kita pada novel Tere Liye sebelumnya, Negeri Para Bedebah  dan Negeri di Ujung Tanduk.  Namun jelas Pulang hadir dengan suasana baru. Unsur lokalitas, dalam hal ini pedalaman Sumatra, dan unsur relijius menjadi pembeda yang nyata dengan dua novel sebelumnya itu.


Menurut hemat peresensi, inilah kekuatan utama Tere Liye: sederhana dan apa adanya. Ia tak suka merumit-rumitkan sesuatu. Pilihan katanya secara umum mudah dicerna (walau ada beberapa yang perlu membuka kamus atau googling untuk tahu artinya). Namun secara keseluruhan sangat bisa dimengerti. Bahkan yang spesial adalah kemampuan Tere Liye menjabarkan sesuatu yang njlimet (ilmu ekonomi-red) secara gamblang dan jelas. Kemampuan menyederhanakan istilah inilah daya pikat utama seorang Tere Liye sehingga ia bisa diterima banyak kalangan.

 Plot yang dihadirkan membuat pembaca penasaran untuk terus membaca kelajutan cerita. Berikut adalah contohnya.

          “Aku bersiap melakukan pertarungan hebat yang akan dikenang.” (Halaman 20). Kalimat seperti itu membuat pembaca penasaran, pertarungan hebat apa sih? Rasa penasaran tersebut menstimulus pembaca untuk terus membaca hingga tuntas, tanpa bosan.

         Selain itu alur maju mundur menambah rasa ingin tahu pembaca, baik masa lalu sang tokoh maupun cerita apa yang akan terjadi berikutnya.

        Kejutan-kejutan mengasyikan juga mewarnai novel ini. Sesuatu yang tak terbenak kemudian hadir menghentak. Contohnya adalah kejutan di bab “Tim Terbaik” dengan hadirnya White dan si kembar Yuki dan Kiko yang ternyata  punya kelindan dan hubungan dengan kehidupan Bujang sebelumnya. Dan tentu saja yang paling nendang adalah bagian pengkhianatan itu.

ah-sah saja sebenarnya bagi seorang penulis untuk menarasikan (dengan penyesuaian) beberapa cuplikan film. Hal seperti itu namanya influence (keterpengaruhan). Hal tersebut wajar. Karena di dunia ini, sejatinya, tidak ada yang benar-benar orisinal. Tentu ada unsur keterpengaruhan dari apa yang telah ada sebelumnya. Hanya saja memang, bagi sebagian orang, termasuk peresensi, beberapa adegan dalam novel ini mengingatkan pada beberapa cuplikan film action. Ingatan yang sedikit merusak kedalaman fantasi-imajinasi. Namun kekurangan itu tertutupi dengan banyaknya kejutan dan adegan hebat lain yang masih orisinal.

BAB IV

Simpulan

           Novel ini direkomedasikan bagi siapa pun yang ingin memahami makna pulang yang sesungguhnya.  Tak sekadar pulang dalam artian kembali ke rumah dan kampung halaman. Namun mengandung  makna pulang yang dalam. Pulang menuju hakikat kehidupan. Pulang ke arah kesejatian. Pulang, kembali padaNya. Pulang dengan segenap kerinduan dalam damai.

Selamat membaca!



Tugas Bahasa Indonesia 2 Resensi Novel



resensi-negeri-5-menara


BAB I

Judul                         : Negeri 5 menara

Pengarang                : A.fuadi

Penerbit                    : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit              : Tahun 2009

Jumlah halaman        : Xii + 423 halaman

Kota tempat terbit    : Jakarta

Kategori                  : Novel/Fiksi

BAB II

Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP Alif sudah berencana melanjutkan sekolah Ke SMU negeri di Padang yang akan memuluskan langkahnya untuk kuliah dijurusan yang sesuai. Namun, Amak menginginkan Alif jadi penerus Buya Hamka, membuat mimpi Alif kandas.

Alif diberi pilihan sekolah di sekolah agama atau mondok di pesantren. Sempat marah tapi akhirnya Alif ikhlas karena alif tidak ingin mengecewakan harapan orang tua khususnya ibu, alif pun menjalankan keinginan ibunya dan masuk pondok. Atas saran dari pamannya dikairo alif kecil pun memutuskan untuk melanjutkan sekolah di pondok yang ada di Jawa Timur : PONDOK MADANI. Walaupun awalnya amak berat dengan keputusan Alif yang memilih pondok di Jawa bukan yang ada di dekat rumah mereka dengan pertimbangan Alif belum pernah menginjak tanah diluar ranah minang , namun akhirnya ibunya merestui keinginan Alif itu.

Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan dipondok karena dia harus merelakan cita-citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun kaliamat bahasa Arab yang didengar Alif dihari pertama di PM

(pondok madani )mampu mengubah pandangan alif tentang melanjutkan pendidikan di Pesantren sama baiknya dengan sekolah umum. ” mantera” sakti yang diberikan kiai Rais (pimpinan pondok ) man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani hari-hari dipondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.

Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa, Sulawesi. Ternyata kehidupan di PM tidak semudah dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hapalan Al-Qur’an, belajar siang-malam, harus belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 Bulan pertama. Karena PM melarang keras murid-muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa Arab dan Inggris. Belum lagi peraturan ketat yang diterapkan PM pada murid yang apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Tahun-tahun pertama Alif dan ke 5 temannya begitu berat karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan di PM.

Hal yang paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid belajar 24 jam nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus mempersiapkan mental dan fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan tulisan yang biasanya berjalan selama 15 hari. Namun disela rutinitas di PM yang super padat dan ketat. Alif dan ke 5 selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dibawah menara mesjid , sambil menatap awan dan memikirkan cita-cita mereka kedepan.

Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan penuh pengalaman menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah keluarga yang harus saling tolong menolong dan membantu. Semua terasa begitu kompak dan bersahabat, sampai pada suatu hari yang tak terduga, Baso , teman alif yang paling pintar dan paling rajin memutuskan keluar dari PM karena permasalahan ekonomi dan keluarga.

Kepergian Baso, membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk menamatkan PM dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan kaki di benua Eropa dan Amerika. Kini semua mimpi kami berenamtelah menjadi nyata. Kami berenam telah  berada lima Negara yang berbeda, sesuai dengan lukisan dan imajinasi kita di awan. Aku (Alif) berada di Amerika, Raja di Eropa,  sementara Atang di Afrika, Baso berada di Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis mereka di Negara kesatuan Indonesia tercinta.  Di lima menara impian kami. Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Pendengar.

Man jadda wajadda, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil…

BAB III

Gaya bahasa yang digunakan menggabungkan kejelian observasi seorang reporter dan kekalisan jelajah imajinasi literer dalam Negeri 5 Menara yang inspiratif. Dengan deskripsi ruang yang nyaris sempurna, A.Fuandi berhasil memetakan seluk-beluk pesantren modern yang selama ini hanya menjadi cerita dari mulut ke mulut.  Dinamika kehidupan internal pesantren berpadu mulus dengan riuhnya suasana global di jantung peradaban modern yang serba bergegas. Sebuah Novel yang membuktikan bahwa tak ada hal yang tak bisa dicapai manusia di dalam hidupnya. MAN JADDA WA JADDA. 

BAB IV

KEUNGGULAN

4.1  TEMA

A.Fuandi berhasil membuat banyak orang ingin tahu lebih dalam tentang dunia pesantren sebagai pusat keunggulan, termasuk kalangan non-muslim. Penelusuran jejak-jejak pesahabatan dan pencapaian cita-cita diramu dalam kisah yang sekaligus melibatkan petualangan, religi, dan wawasan yang mengesankan.

Gontor menanamkan berbagai nilai-nilai pendidikan, nilai kejuangan, nilai kebersamaan, sehingga murid-murid terdidik secara total untuk berkarya penuh totalitas di masyarakat. Kata “man jadda wa jadda”  akan senantiasa memotivasi setiap anak dan akan melahirkan kesuksesan dimasa depan mana kala diikuti dengan kreatifitas, ketabahan dan keikhlasan.

4.2      ALUR

Maju – mundur (campuran)

Dimana tokoh utama (Alif Fikri) kilas balik dari ingatannya  akan masa silam ketika menimbah ilmu di Pondok Madani hingga membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa kini. Sangat bagus dan menarik, sehingga membuat pembaca sulit menebak peristiwa yang terjadi selanjutnya. Dan juga bisa membuat pembaca penasaran serta mengundang antusias pembaca untuk membaca novel ini. Dan, berkesinambungan. Tidak terpecah berantakan. Disini, pengarang menggunakan alur sorot balik. Pembaca tidak akan bosan membaca kehidupan di pondok karena penulis menggunakan alur campuran. Ia memulai cerita dengan mengambil setting Alif yang sudah bekerja lalu mulai masuk ke dalam ingatan-ingatan Alif akan kehidupannya dulu di Pondok Madani. Setelah cukup panjang menceritakan tentang pondok, ia mulai beralih lagi ke kehidupan Alif masa sekarang.

4.3      LATAR

Waktu       : “Sehabis Isya, murid-murid berbondong-bondong memenuhi aula.”

Tempat    : “Al-Baraq adalah bangunan memanjang dengan koridor berbentuk huruf L.”

Suasana  : “ Dia menyampaikan semua komentar dalam bahasa Arab, larena minggu ini minggu wajib berbahasa Arab.”

4.4  PENOKOHAN/WATAK

Alif Fikri              : Tabah dan Sabar (“sabar, kita harus menghadapi hukuman ini dengan sabar”).

Dulmajid             : Ia dari Sumenep, Madura. Seorang pemain bulutangkis, rekan latih tanding Ustad Torik. Lucu, nekad (“Hah, ayo kita gotong terus masih ada waktu 5 menit” ).

Raja Lubis           : Ia dari  Medan. Ia adalah anggota English Club dan seorang orator yang hebat. Penghafal keras, gampang bingung (“Aku tidak berani melihat anak perempuan,  karena akan mengganggu hafal Al-qur’an” ).

Baso Salahudin  : Dari Gowa, Sulawesi. Terkenal karena memori fotografis dan Bahasa Arab yang fasih. Ia meninggalkan Pondok  Madani saat kelas lima untuk menjaga neneknya dan berusaha menghafal Al-Qur`an di kampung halamannya.  Pintar dan pengertian (“ayo ujian akan dilaksanakan 3 hari lagi, kita harus belajar keras” ).

Atang Yunus      : Dari Bandung. Seorang yang mencintai seni dan teater  pendiam, tidak berani aneh – aneh  (“aku sangat tidak bilang kepada ketua jasus itu, karena aku takut di hukum lagi” ).

Said Jufri          : Dari Surabaya. Ia sangat terobsesi dengan bodybuilding dan mengidolakan Arnold Schwarznegger.

Ustad Salman  : Wali kelas Alif. Laki-laki muda bertubuh kurus bersuara lantang.

Amak                 : Menjunjung tinggi nilai agama, tegas, baik.

Ayah/ Fikri Syafnir / Katik Parpatiah Nan Mudo : Sabar, baik, menjunjung tinggi nilai agama.

Pak Sikumbang, Pak Etek Muncak , Pak Etek Gindo Marajo, Pak Sutan, Ismail Hamzah , Burhan, Ustadz Salman , Kiai Amin Rais , Kak Iskandar Matrufi, Rajab Sujai / Tyson , Ustadz Torik , Raymond Jeffry / Randai , Ustadz Surur , Ustadz Faris , Ustadz Jamil , Ustadz Badil , Ustadz Karim , Kak Jalal , Amir Tsani , Pak Yunus , Kurdi, Ustadz Khalid , Shaliha , Sarah, Mbok Warsi , Zamzam.

4.5 AMANAT

Tidak ada kebetulan di dunia ini. Semua atas izin Allah dan usaha manusia. Buku ini telah menjadi bukti yang inspiratif. Ditulis dalam bahasa yang ringan. Terkadang serius, lebih sering kocak. Kesimpulanya “man jadda wa jadda” artinya “yang penting usaha”. Maka Allah akan membukakan jalan ke jendela dunia.

4.6 SUDUT PANDANG

Pelaku utama Orang pertama (“Aku yang dulunya egois dan cepat marah, sekarang menjadi Alif yang bijaksana dan selalu berfikir panjang sebelum melakukan sesuatu”)

4.7 GAYA BAHASA

Personifikasi (“Satu persatu kawan pun datang dari negeri 5 menara dan terkenanglah kembali masa kecil”)

KELEMAHAN

Kelemahan dari Novel Negeri 5 Menara adalah Klimaks cerita kurang menonjol sehingga para pembaca merasa dinamika cerita sedikit datar. Setelah selesai membaca, pembaca merasa cerita belum selesai setuntas-tuntasnya. Hal ini mungkin disebakan karena penulis mendasarkan ceritanya pada kisah nyata dan tidak ingin melebih-lebihkannya.